Sejarah Batik
Kata batik berasal dari kata "amba" dan "titik", yang berarti "menulis titik". Ada juga yang berpendapat bahwa batik secara hipotesis berasal dari akar kata Proto-Austronesian, yaitu "beCik" yang berarti "melakukan tato". Kata ini sendiri kemudian tercatat pertama kali secara resmi dalam bahasa Inggris di Encyclopedia Britannica pada 1880, dengan tulisan "battik".
Secara umum,
seni pewarnaan kain dengan teknik perintang menggunakan zat seperti lilin
dikenal bahkan sejak periode abad 4 SM di Mesir. Saat itu ditemukan kain
pembungkus mumi yang juga dilapisi malam atau zat lilin yang membentuk pola
teratur. Di Asia, teknik ini juga ditemukan di Dinasti Tang Cina (618-907 M),
India, dan Jepang di periode Nara (645-794 M).
Sedangkan di Indonesia, meskipun kata batik kuat
diduga berasal dari bahasa Jawa, tapi G.P. Rouffaer dan N.J. Krom berpendapat
bahwa teknik batik diperkenalkan dari India atau Srilanka. Seni batik ini
dibawa oleh masyarakat Kalingga-Koromandel dari India ke Jawa pada 4 Masehi,
melalui jalur perdagangan. Rouffaer pun menyebut penggunaan alat canting untuk
membentuk pola gringsing sejak abad ke-12 di Kediri, Jawa Timur.
Tapi pendapat ini kemudian dibantah oleh
arkeolog J.L.A. Brandes yang menyebut batik sudah dikenal oleh masyarakat
Nusantara sejak masa prasejarah. Brandes bersama F.A. Sutjipto mengatakan
tradisi batik diperkirakan berasal dari daerah seperti Toraja, Flores,
Halmahera, dan Papua. Wilayah Nusantara itu merupakan wilayah yang belum
dipengaruhi Hinduisme India, tapi memiliki tradisi kuno dalam membuat batik.
Bahkan, Brandes menyebut batik sebagai satu dari
10 hasil kebudayaan asli Indonesia. Selain batik, kebudayaan itu adalah
kemampuan bercocok tanam, kemampuan berlayar dan mengenal arah angin,
pertunjukan menyerupai wayang atau seni puppet, kemampuan bermusik dengan alat
musik pukul yang ritmis (menyerupai gamelan), kerajinan logam, penggunaan alat
ukur, alat tukar dari logam (seperti uang), sistem perbintangan, dan mengenal
birokrasi atau susunan masyarakat teratur.
Tapi, motif batik yang dimaksud tak terbatas
pada penggunaan di bahan kain. Karena ragam hias batik juga berkembang di arca,
juga candi. Bahkan di arca Prajnaparamita terlihat pakaian dengan detail yang
menampilkan pola sulur tumbuhan dan kembang-kembang dengan motif yang kompleks,
seperti pola batik tradisional asal Jawa yang ditemukan sekarang. Ini
memperlihatkan bahwa pola yang batik yang rumit itu telah ada sejak abad ke-13,
bahkan lebih awal.
Kini budaya membatik masih dipelihara di Indonesia. Bahkan setiap daerah punya kekhasan pola hiasnya masing-masing. Dengan penetapan dari UNESCO, Indonesia pun memiliki kebanggaan sebagai pewaris kebudayaan batik yang diakui dunia.
0 comments:
Post a Comment